Proyeksi Pasar Modal Semester II 2025: Tantangan dan Peluangtang

Senin, 04 Agustus 2025 | 13:36:18 WIB
Proyeksi Pasar Modal Semester II 2025: Tantangan dan Peluangtang

JAKARTA - Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, memberikan proyeksi terkait kondisi pasar modal pada semester II/2025. Dalam penjelasannya, Rully menyebutkan bahwa kondisi makroekonomi dan pasar modal akan menghadapi tantangan besar, meskipun ada sejumlah faktor yang memberikan optimisme. Salah satu faktor yang menjadi perhatian utama adalah kebijakan tarif perdagangan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat pada semester II/2025.

"Sentimen pasar saat ini sangat beragam (mixed), di tengah pesimisme yang dipicu oleh kebijakan tarif dagang AS, ada juga sentimen positif yang memberikan keseimbangan. Beberapa sentimen positif itu antara lain revisi positif terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi global, pelemahan dolar AS yang mendukung penguatan rupiah, serta kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan yang semakin besar," jelas Rully dalam keterangannya pada Senin, 4 Agustus 2025.

Kebijakan Tarif Perdagangan AS
Salah satu hal yang menjadi tantangan utama bagi pasar global adalah kebijakan tarif perdagangan yang mulai diberlakukan oleh AS pada semester II/2025. Kebijakan ini memicu ketidakpastian dalam perdagangan internasional, yang berpotensi mengganggu stabilitas pasar. Meskipun demikian, Rully mencatat bahwa di tengah sentimen negatif akibat tarif dagang tersebut, terdapat beberapa perkembangan positif yang berperan untuk menyeimbangkan pasar.

Pelemahan dolar AS dan penguatan rupiah menjadi salah satu faktor positif yang dapat mengurangi dampak negatif dari kebijakan tarif tersebut. Selain itu, revisi positif terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh lembaga internasional, seperti IMF, juga memberi optimisme bagi pasar.

Prediksi Suku Bunga dan Dampaknya pada Sektor Emas dan Perbankan
Di tengah ketidakpastian global, Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih memiliki ruang untuk melakukan pemangkasan suku bunga acuan. Rully memprediksi bahwa BI akan mengurangi suku bunga sebesar 0,25% pada semester II/2025. Pemangkasan suku bunga acuan ini diyakini akan membawa dampak positif pada beberapa sektor, terutama sektor emas dan perbankan.

"Pemangkasan suku bunga acuan yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan memberikan keuntungan pada sektor perbankan, karena ini akan segera berdampak pada penurunan suku bunga perbankan. Sektor emas juga akan merasakan keuntungan, karena suku bunga yang lebih rendah akan meningkatkan daya tarik investasi emas," ungkap Rully.

Dengan pemangkasan suku bunga yang lebih lanjut, diperkirakan akan ada peningkatan permintaan terhadap instrumen investasi seperti emas dan obligasi, yang menjadi pilihan alternatif bagi para investor yang mencari instrumen dengan imbal hasil lebih menarik di tengah ketidakpastian pasar saham.

IHSG Diprediksi Mencapai 6.900 pada 2025
Berdasarkan proyeksi Rully, meskipun pasar menghadapi tantangan besar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan ditutup pada level 6.900 pada akhir tahun 2025. Hal ini didorong oleh adanya beberapa sentimen positif yang diperkirakan dapat menyeimbangkan sentimen negatif di pasar.

Irvan juga menyoroti bahwa perkembangan kinerja emiten dan sektor perbankan yang positif, serta pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia, akan menjadi pendorong utama bagi IHSG. Namun, risiko dari kebijakan tarif perdagangan internasional yang diberlakukan oleh Amerika Serikat juga tetap perlu diperhatikan oleh para investor.

Pertumbuhan Ekonomi Global dan Dampaknya pada Indonesia
Rully Arya Wisnubroto juga mengungkapkan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi global telah direvisi naik oleh International Monetary Fund (IMF) menjadi 3,1% untuk 2025 dan 2026, yang lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya, yaitu 2,8% dan 3%. Revisi ini disebabkan oleh penundaan pemberlakuan tarif perdagangan luar negeri AS yang sebelumnya dijadwalkan untuk diberlakukan lebih awal. Penundaan ini memberikan peluang bagi negara-negara di dunia untuk mempercepat aktivitas ekspor-impor mereka, yang dikenal dengan istilah front loading.

Indonesia sendiri diperkirakan akan merasakan dampak positif dari revisi pertumbuhan ekonomi global ini. Sebagai negara dengan surplus perdagangan yang cukup tinggi, Indonesia berhasil mencatatkan surplus perdagangan sebesar USD 4,3 miliar pada Mei dan USD 4,1 miliar pada Juni 2025. Meskipun demikian, Rully memperingatkan bahwa pemberlakuan tarif oleh Presiden AS, Donald Trump, akan mempengaruhi aktivitas perdagangan dunia, termasuk Indonesia.

Potensi Dampak Tarif Terhadap Aktivitas Perdagangan Indonesia
Meskipun Indonesia memperoleh surplus perdagangan yang tinggi, Rully memprediksi bahwa pemberlakuan tarif yang dilakukan oleh AS dapat mempengaruhi kinerja perdagangan Indonesia secara signifikan. Tarif perdagangan yang dikenakan oleh Amerika Serikat terhadap produk-produk tertentu berpotensi membuat biaya ekspor menjadi lebih mahal dan menurunkan daya saing produk Indonesia di pasar global.

Dengan demikian, Indonesia harus berhati-hati dan menyesuaikan kebijakan perdagangan serta strategi ekonomi untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif dagang AS. Kendati demikian, sektor-sektor seperti perbankan dan emas tetap diharapkan dapat mempertahankan kinerjanya meski menghadapi berbagai tantangan.

Terkini

Kenapa Aplikasi Brimo Tidak Bisa Dibuka? Ini Solusinya!

Senin, 15 September 2025 | 16:59:56 WIB

SPinjam Shopee Adalah: Cara Kerja, Bunga, dan Biayanya

Senin, 15 September 2025 | 16:59:55 WIB

Asuransi Motor Yamaha: Jenis, Produk, dan Cara Klaimnya

Senin, 15 September 2025 | 16:59:53 WIB

10 Resep Makanan Sehat yang Bikin Tubuh Bugar

Senin, 15 September 2025 | 16:59:53 WIB