JAKARTA - Menjelang penghujung bulan Agustus 2025, dinamika atmosfer dan laut di sekitar Kalimantan Barat menunjukkan kecenderungan yang patut dicermati. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah Kalbar memperingatkan adanya potensi peningkatan curah hujan pada Dasarian III atau periode 21–31 Agustus 2025. Namun, tidak semua wilayah akan menerima dampak yang sama. Daerah pesisir utara Kalbar justru berpotensi mengalami hujan kategori rendah, yang perlu diwaspadai terkait ketersediaan air dan kemunculan titik panas.
Prakiraan Atmosfer dan Pengaruhnya Terhadap Curah Hujan
Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas I Supadio, Debi, menjelaskan bahwa pada Jumat, wilayah Kalbar berpotensi mengalami hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Arah angin terpantau berasal dari timur hingga barat daya pada ketinggian 3000 kaki, dengan kecepatan mencapai 8 knot. Selain itu, keberadaan daerah belokan angin di sekitar Kalbar mendukung pertumbuhan awan-awan hujan di beberapa wilayah.
Pasang surut air laut juga diprediksi terjadi secara signifikan. Di Pontianak, ketinggian pasang mencapai 1,7 meter pada pukul 17.00–20.00 WIB selama tanggal 21 hingga 23 Agustus 2025. Kondisi serupa diperkirakan terjadi di Kendawangan dengan waktu puncak pasang sekitar pukul 20.00–22.00 WIB.
Berdasarkan data Stasiun Klimatologi Kalbar, curah hujan yang terjadi dipengaruhi oleh kombinasi dari outgoing longwave radiation (OLR) dan suhu permukaan laut yang relatif hangat. Analisis ini menunjukkan adanya peningkatan curah hujan, namun masih berada dalam kategori rendah, berkisar antara 20–70 mm per dasarian.
Distribusi Curah Hujan dan Prediksi Anomali Iklim
Prediksi untuk wilayah Kalbar menunjukkan distribusi hujan yang tidak merata. Beberapa wilayah seperti Sambas, Singkawang, dan Bengkayang diperkirakan menerima curah hujan kurang dari 50 mm per dasarian dengan peluang hingga 70 persen. Sementara itu, sebagian besar Kalbar diprediksi mengalami curah hujan kurang dari 100 mm per dasarian dengan peluang mencapai 80 persen, kecuali wilayah selatan Ketapang. Adapun curah hujan hingga 150 mm per dasarian diprediksi akan terjadi secara luas di kabupaten dan kota lain di Kalbar.
Fase indeks ENSO berada dalam kondisi netral dengan nilai -0,2 dan diperkirakan tetap stabil hingga akhir tahun. Begitu pula dengan indeks IOD yang menunjukkan angka -0,87 (negatif) namun tetap berada dalam fase netral sepanjang semester kedua 2025.
Faktor lain yang turut berperan adalah suhu muka laut di sekitar perairan Kalbar yang berada dalam kondisi lebih hangat dari biasanya. MJO (Madden-Julian Oscillation) diprediksi aktif pada fase 3 di awal dasarian ini. Selain itu, anomali OLR yang bersifat netral hingga negatif menunjukkan kecenderungan peningkatan curah hujan.
Proyeksi Musim Hujan dan Potensi Risiko
Awal musim hujan 2025 untuk sebagian wilayah Kalimantan Barat diperkirakan dimulai sejak Agustus dasarian I, terutama untuk wilayah ZOM (Zona Musim) seperti ZOM 351 (Kayong Utara bagian barat, Ketapang bagian tengah, Kubu Raya bagian selatan, dan Melawi bagian barat), ZOM 352 (Ketapang bagian utara dan Melawi bagian selatan), serta ZOM 353 (Kayong Utara bagian barat dan sebagian kecil Kubu Raya bagian selatan).
Sementara itu, sebagian besar wilayah Kalbar lainnya tetap berada pada pola hujan sepanjang tahun (tipe 1 musim), yang menjadikan monitoring kelembapan dan intensitas hujan menjadi penting sepanjang waktu.
BMKG Kalbar menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi kekeringan di daerah dengan curah hujan rendah, serta kemungkinan munculnya titik panas yang dapat memicu kebakaran lahan. Meski potensi hujan meningkat di sebagian wilayah, ancaman berkurangnya pasokan air di wilayah pesisir utara tidak dapat diabaikan.