Proyek Sampah Jadi Listrik di 7 Kota Dimulai, Danantara Gunakan Patriot Bond

Selasa, 04 November 2025 | 11:05:09 WIB
Proyek Sampah Jadi Listrik di 7 Kota Dimulai, Danantara Gunakan Patriot Bond

JAKARTA - Indonesia bersiap memasuki babak baru dalam pengelolaan sampah dan energi melalui proyek waste to energy (WTE) atau sulap sampah jadi listrik. Proyek ini akan dimulai di tujuh kota besar sebagai tahap awal dari total 33 kota yang menjadi target nasional dalam pengembangan teknologi pengolahan sampah modern.

Ketujuh kota tersebut meliputi Bali, Yogyakarta, Bogor Raya, Tangerang Raya, Semarang, Bekasi Raya, dan Medan Raya. Proyek ini tidak hanya menjadi solusi bagi permasalahan sampah yang kian meningkat, tetapi juga menjadi langkah strategis menuju transisi energi bersih dan berkelanjutan.

Chief Investment Officer Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), Pandu Patria Sjahrir, menyampaikan bahwa proyek tersebut sebagian akan menggunakan pembiayaan dari Patriot Bond. Inisiatif ini menunjukkan upaya pemerintah untuk menggabungkan investasi nasional dengan teknologi hijau guna mempercepat pembangunan energi baru terbarukan.

“Dari awal kita akan menggunakan dana Patriot Bond salah satunya untuk waste to energy,” ujar Pandu di Wisma Danantara, Jakarta Selatan.

Skema Pembiayaan dan Minat Tinggi dari Lembaga Keuangan

Meski belum dijelaskan secara detail mengenai porsi pembiayaan Patriot Bond dalam proyek tersebut, Pandu menegaskan bahwa Danantara memiliki struktur pendanaan yang jelas untuk setiap proyeknya.

Menurutnya, setiap proyek akan menggunakan skema 30 persen ekuitas dan 70 persen pembiayaan dari pinjaman bank. Pendekatan ini menjadi standar umum dalam pembiayaan proyek infrastruktur besar di seluruh dunia.

“Jadi kita kebanyakan tuh equity dari biasanya project financing tuh lumrahnya 70 persen debt, 30 persen equity,” jelas Pandu.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa proyek sulap sampah jadi listrik ini telah menarik perhatian besar dari kalangan perbankan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Banyak lembaga keuangan yang menunjukkan minat tinggi untuk ikut serta dalam pembiayaan proyek ramah lingkungan ini.

“Yang menarik banyak sekali bank baik pun bank lokal dan bank asing yang ingin ikut masuk. Jadi, kalau dari sisi pendanaan, apalagi di debt, itu luar biasa interest-nya,” ungkapnya.

Pandu menambahkan bahwa pihaknya akan memilih lembaga pembiayaan yang menawarkan skema paling kompetitif untuk setiap proyek. Ia menegaskan, kerja sama ini tidak terbatas pada bank-bank milik negara (Himbara) saja, melainkan juga melibatkan banyak bank internasional dan lembaga keuangan non-Himbara.

“Kita akan mencari mana yang terbaik untuk setiap proyek yang ada,” tambah Pandu.

24 Perusahaan Dunia Siap Bawa Teknologi Waste to Energy

Dalam tahap persiapan, Danantara juga telah mengantongi daftar 24 perusahaan penyedia teknologi (Daftar Penyedia Terseleksi/DPT) dari berbagai negara. Perusahaan-perusahaan ini berasal dari Jepang, China, dan Eropa, dengan rekam jejak panjang di bidang pengelolaan sampah menjadi energi.

Managing Director Investment Danantara, Stefanus Ade, menjelaskan bahwa seluruh perusahaan tersebut akan diminta untuk bekerja sama dengan mitra lokal dalam membentuk konsorsium. Konsorsium ini nantinya akan mengikuti tender resmi pada 6 November 2025 di tujuh kota yang menjadi lokasi proyek tahap awal.

“Supaya ada transfer knowledge, transfer technology, supaya pemain-pemain lokal bisa belajar dan ber-partner dengan pemain-pemain ini,” jelas Stefanus.

Kerja sama ini diharapkan tidak hanya mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan, tetapi juga memperkuat kapasitas pelaku industri dalam negeri agar mampu mengembangkan sistem pengelolaan sampah modern secara mandiri di masa depan.

Daftar Raksasa Teknologi Dunia yang Terlibat

Dari 24 perusahaan yang terdaftar, beberapa nama besar yang telah dikenal di industri energi dan pengolahan limbah turut bergabung. Dari Jepang, terdapat Mitsubishi Heavy Industries Environmental & Chemical Engineering, ITOCHU Corporation, dan Kanadevia Corporation.

Dari China, hadir nama-nama seperti China Everbright Environment Group Limited, China National Environmental Protection Group Co., Ltd (CECEP), GCL Intelligent Energy (Suzhou) Co., Ltd, Dynagreen Environmental Protection Group Co., Ltd, dan Veolia Environmental Services Asia Pte. Ltd dari Prancis.

Selain itu, sejumlah perusahaan besar lain seperti Wuhan Tianyuan Group Co., Ltd, Beijing GeoEnviron Engineering & Technology, Inc, serta Zhejiang Weiming Environment Protection Co., Ltd, juga tercatat dalam daftar penyedia teknologi ini.

Kehadiran perusahaan-perusahaan tersebut menandai komitmen global terhadap pengembangan proyek energi terbarukan di Indonesia. Kolaborasi lintas negara ini diharapkan menghasilkan sistem pengelolaan sampah modern yang tidak hanya efisien, tetapi juga ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Dampak Positif bagi Lingkungan dan Masyarakat

Pembangunan fasilitas waste to energy ini tidak hanya akan membantu mengatasi permasalahan penumpukan sampah di kota-kota besar, tetapi juga menghasilkan energi listrik dari sumber yang berkelanjutan.

Dengan memanfaatkan limbah rumah tangga dan industri sebagai bahan bakar, proyek ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi fosil. Dampak lainnya adalah berkurangnya volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang selama ini menjadi masalah lingkungan di banyak daerah.

Selain manfaat lingkungan, proyek ini juga akan menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi dan pengelolaan sampah. Para tenaga kerja lokal akan mendapatkan pelatihan langsung dari perusahaan mitra asing, sehingga terjadi transfer teknologi dan keahlian yang berharga bagi pengembangan SDM nasional.

Optimisme Pemerintah terhadap Masa Depan Energi Hijau

Proyek waste to energy ini sejalan dengan visi pemerintah untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan nasional hingga 23 persen pada tahun 2026. Melalui kombinasi antara investasi strategis, dukungan pembiayaan Patriot Bond, dan kolaborasi internasional, Indonesia diharapkan mampu mempercepat transisi menuju ekonomi hijau.

Selain berfokus pada tujuh kota awal, proyek ini akan diperluas ke 33 kota lain dalam beberapa tahun ke depan. Setiap kota akan disesuaikan dengan karakteristik volume sampah dan kebutuhan listrik lokal agar hasilnya optimal.

Dengan langkah nyata ini, Indonesia memperlihatkan keseriusannya dalam menghadapi dua tantangan sekaligus — krisis sampah dan ketergantungan energi fosil. Jika seluruh rencana berjalan sesuai jadwal, proyek ini dapat menjadi model baru pengelolaan energi berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.

Tonggak Baru Transformasi Energi dan Lingkungan

Pembangunan proyek waste to energy di tujuh kota menandai tonggak penting dalam perjalanan Indonesia menuju masa depan energi bersih. Dukungan pembiayaan melalui Patriot Bond, minat tinggi dari lembaga keuangan, dan keterlibatan perusahaan teknologi internasional memberikan optimisme kuat terhadap keberhasilan proyek ini.

Lebih dari sekadar infrastruktur, program ini merupakan langkah konkret dalam mengubah krisis sampah menjadi sumber daya energi. Jika terlaksana dengan baik, Indonesia dapat menjadi contoh global dalam mengelola sampah secara produktif sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.

Terkini

Aplikasi Jualan Online Tanpa Modal dan Stok Barang 2025

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:34 WIB

6 Kelebihan dan Kekurangan Bank BCA yang Perlu Diketahui

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:34 WIB

Apakah Barang di Zalora Original? Yuk Kita cari tahu!

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:33 WIB