Pajak

Pemanfaatan AI dalam Dunia Pajak

Pemanfaatan AI dalam Dunia Pajak
Pemanfaatan AI dalam Dunia Pajak

JAKARTA - Kecerdasan buatan (AI) semakin berkembang dan merambah berbagai bidang, tak terkecuali dalam dunia perpajakan. Kini, teknologi AI digunakan oleh para profesional pajak untuk mempermudah dan mempercepat proses pekerjaan mereka. Salah satu program pelatihan yang menyoroti hal ini adalah AI & Tax Training Programme yang diadakan di Singapura pada 4 Agustus 2025. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Tax Academy Singapore, dengan tujuan memperkenalkan teknologi AI dalam praktik perpajakan. Salah satu peserta dari Indonesia adalah DDTC (Direktorat Jenderal Pajak dan Konsultan Pajak). Berikut ini adalah beberapa cara pemanfaatan AI dalam dunia pajak yang dibahas dalam sesi pelatihan tersebut.

1. Membangun Sistem Perhitungan Capital Allowance dengan AI
Pemanfaatan pertama yang dibahas dalam pelatihan adalah penggunaan AI untuk mempercepat proses perhitungan biaya terkait dengan pengeluaran untuk perolehan harta berwujud (capital allowance). Para profesional pajak kini bisa melatih model AI menggunakan data yang tepat, sehingga AI dapat mengklasifikasi ribuan data aset tetap secara otomatis. Dengan demikian, AI bisa lebih cepat dan akurat dalam menentukan apakah suatu aset memenuhi kriteria untuk memperoleh capital allowance sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.

Lebih menarik lagi, AI yang digunakan bisa disetting untuk melakukan self-review melalui internet, yang memungkinkan sistem menilai kembali apakah klasifikasi yang dilakukan sudah benar atau perlu dikonfirmasi oleh manusia. Ini membuat sistem menjadi lebih fleksibel dan dapat mengurangi kesalahan manusia dalam proses perhitungan pajak.

2. Penggunaan AI untuk Membaca dan Mengelola Dokumen Invoice
Salah satu tantangan utama dalam dunia pajak adalah mengelola dokumen invoice yang sering kali datang dalam format yang sangat bervariasi. Apalagi jika wajib pajak melakukan transaksi internasional dengan negara yang menggunakan sistem penulisan non-latin. Di sini, teknologi AI berperan sangat besar.

Dengan pengaturan model yang tepat, AI bisa membaca dokumen invoice dari berbagai negara dengan berbagai bahasa dan format. Selanjutnya, AI akan mengonversinya ke dalam satu format yang lebih terstruktur dan mudah dipahami, misalnya dalam bentuk tabel master. Fitur ini sangat membantu dalam mempercepat proses rekapitulasi transaksi dan perhitungan pajak yang harus dibayar. Selain itu, sistem AI ini juga dilengkapi dengan validasi internal yang memungkinkan wajib pajak memastikan bahwa data yang diambil sudah sesuai dengan nilai transaksi yang tercatat di setiap invoice.

3. Implementasi AI Chatbot untuk Menjawab Pertanyaan Pajak
Teknologi AI Chatbot berbasis pengetahuan tertentu atau Retrieval-Augmented Generation (RAG) menjadi topik pembahasan menarik lainnya. Dalam sesi pelatihan ini, Jiewei Cao, Senior Associate of Risk Service PwC Singapore, mendemonstrasikan bagaimana AI dapat digunakan untuk membuat chatbot yang bisa membantu menjawab pertanyaan seputar perpajakan. Chatbot ini dapat menggunakan data dari artikel yang diterbitkan oleh IRAS (Inland Revenue Authority of Singapore) untuk memberikan jawaban atas pertanyaan pajak dalam bahasa yang mudah dipahami.

Fitur ini memungkinkan para profesional pajak untuk memperoleh informasi terkait dengan ketentuan pajak atas transaksi tertentu tanpa harus menggali informasi di berbagai sumber. Melalui prompting yang tepat, AI Chatbot dapat memberikan jawaban yang akurat sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.

4. Menyikapi Keterbatasan AI dan Peran Manusia dalam Penggunaan Teknologi
Meskipun AI memiliki banyak potensi, penting untuk diingat bahwa AI tidak sempurna dan memiliki keterbatasan. Dalam pelatihan ini, dibahas bahwa pengembangan AI tidak bertujuan untuk menggantikan peran manusia, melainkan untuk mendukung pekerjaan profesional pajak dengan cara yang lebih efisien dan akurat.

AI harus dipandang sebagai alat yang memperkuat kemampuan manusia, bukan menggantikan sepenuhnya. Oleh karena itu, dalam mengembangkan dan mengimplementasikan AI, penting untuk memiliki mindset yang tepat, yaitu mengakui bahwa meskipun AI dapat mengotomatisasi beberapa pekerjaan, ada hal-hal yang tetap memerlukan intervensi manusia. Hal ini dikenal sebagai human-in-the-loop—yakni menggabungkan kekuatan teknologi dan keahlian manusia dalam satu proses kerja.

5. Strategi Pengembangan AI untuk Perpajakan dan Tantangan ke Depan
Sesi pelatihan juga menekankan pentingnya pengembangan AI dalam dunia perpajakan, yang akan semakin relevan dengan digitalisasi sistem perpajakan global. Generative AI dan AI agents kini digunakan untuk meningkatkan efisiensi dalam kepatuhan, audit, serta analisis pajak. Dengan adanya teknologi ini, perusahaan pajak dan wajib pajak bisa lebih cepat menyesuaikan diri dengan perubahan regulasi serta memperoleh manfaat dari automasi yang lebih canggih.

Namun, pelatihan ini juga menyadarkan para peserta bahwa penerapan AI dalam dunia perpajakan masih membutuhkan penelitian yang lebih lanjut dan pengembangan terus-menerus. Dengan begitu, teknologi AI dapat lebih efektif dalam mendukung berbagai aspek perpajakan global.

Meningkatkan Kolaborasi Internasional dalam Pengembangan Teknologi Pajak
Selain memberikan wawasan tentang bagaimana AI dapat meningkatkan efisiensi dalam sektor perpajakan, AI & Tax Training Programme ini juga membuka peluang besar bagi kolaborasi internasional dalam riset dan teknologi pajak. Pelatihan ini mempertemukan berbagai praktisi dan akademisi pajak dari berbagai negara untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam pemanfaatan teknologi di bidang pajak.

DDTC juga mengambil kesempatan ini untuk memperkuat strategi mereka dalam memanfaatkan teknologi untuk riset, edukasi, dan konsultasi pajak. Program ini menjadi bagian dari upaya DDTC untuk menjalin kerja sama dengan institusi global dan membawa inovasi teknologi dalam pelayanan perpajakan di Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index