Kemenag

Kemenag Perkuat Literasi Ilmu Falak Bagi Generasi Muda Indonesia

Kemenag Perkuat Literasi Ilmu Falak Bagi Generasi Muda Indonesia
Kemenag Perkuat Literasi Ilmu Falak Bagi Generasi Muda Indonesia

JAKARTA - Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan perubahan cara belajar generasi muda, sejumlah disiplin ilmu klasik mulai kehilangan perhatian. 

Salah satunya adalah ilmu falak, pengetahuan yang memiliki peran penting dalam penentuan waktu-waktu ibadah umat Islam, mulai dari penetapan awal bulan hijriah hingga arah kiblat.

Kondisi ini menjadi perhatian serius pemerintah, khususnya Kementerian Agama, yang menilai keberlanjutan ilmu falak sangat bergantung pada keterlibatan generasi masa depan. Tanpa regenerasi, keilmuan hisab rukyat dikhawatirkan akan semakin terpinggirkan.

Oleh karena itu, Kemenag mulai mengarahkan strategi pembinaan keumatan dengan pendekatan yang lebih relevan bagi generasi muda. Fokusnya bukan hanya pada pelestarian tradisi keilmuan, tetapi juga pada pengemasan ilmu falak agar lebih menarik dan mudah dipahami oleh generasi baru.

Kekhawatiran Menurunnya Minat Ilmu Hisab Rukyat

Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kemenag, Arsad Hidayat, mengungkapkan keprihatinannya terhadap rendahnya literasi ilmu falak di kalangan generasi muda. Hal tersebut disampaikannya saat membuka Bimbingan Teknis Hisab Rukyat di Wajo, Sulawesi Selatan, Jumat, 19 Desember 2025.

Menurut Arsad, banyak anak muda yang bahkan tidak mengenal apa itu ilmu falak. Padahal, disiplin ilmu ini memiliki peran strategis dalam kehidupan beragama umat Islam. Ketidaktahuan tersebut menjadi sinyal perlunya langkah serius untuk menghidupkan kembali minat generasi muda terhadap hisab rukyat.

“Terus terang kita juga agak sedikit prihatin dengan perkembangan ilmu hisab rukyat yang sekarang ini sudah mulai ditinggalkan oleh para generasi muda. Kalau ditanya generasi muda, tahu ilmu falak? Umumnya menjawab tidak tahu,” ujar Arsad dikutip Senin, 22 Desember 2025.

Ia menilai, jika kondisi ini dibiarkan, maka keberlanjutan keilmuan falak akan menghadapi tantangan besar di masa mendatang. Karena itu, perlu ada intervensi kebijakan dan program yang lebih adaptif terhadap karakter generasi masa kini.

Arah Program Kemenag Menyasar Generasi Masa Depan

Arsad menjelaskan bahwa Kemenag mulai mengarahkan berbagai program keumatan agar lebih selaras dengan kebutuhan dan karakter generasi muda. Mulai dari Generasi Z, Alpha, hingga Beta, semuanya dipandang sebagai calon pemimpin masa depan yang perlu dikenalkan pada ilmu-ilmu keislaman strategis sejak dini.

Orientasi ini sejalan dengan tema Rapat Kerja Nasional Kemenag yang menekankan kesiapan umat dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Dalam kerangka besar tersebut, penguasaan ilmu falak dipandang sebagai bagian dari kesiapan sumber daya manusia di bidang keagamaan.

“Ke depan, program kegiatan Kementerian Agama harus mulai berorientasi kepada Gen Z, Gen Alpha, bahkan Gen Beta, karena merekalah calon pemimpin 2045,” kata Arsad.

Menurutnya, pendekatan lama yang cenderung formal dan teknis perlu dikaji ulang. Generasi muda membutuhkan metode pembelajaran yang kontekstual, visual, dan relevan dengan perkembangan teknologi agar tertarik mendalami ilmu falak.

Revitalisasi Ilmu Falak Melalui Pendekatan Adaptif

Kemenag saat ini tengah memformulasi ulang berbagai kegiatan hisab rukyat agar dapat menjadi pintu masuk ketertarikan generasi muda. Arsad menekankan pentingnya revitalisasi ilmu falak melalui pendekatan yang lebih adaptif dan inklusif.

“Kita formulasi lagi supaya ini menarik anak-anak muda. Jangan sampai ilmu falak hilang,” tegasnya.

Ia juga menyoroti minimnya pengajaran ilmu falak di banyak pondok pesantren. Meski ada sejumlah pesantren yang secara khusus mengajarkan falak, sebagian besar belum memasukkannya sebagai bagian penting dari kurikulum utama.

Kondisi tersebut dinilai berpotensi melemahkan regenerasi ahli falak dalam jangka panjang. Padahal, pesantren memiliki peran strategis sebagai pusat transmisi keilmuan Islam yang berkelanjutan.

Bimtek Hisab Rukyat sebagai Pemantik Minat

Dalam konteks inilah, pelaksanaan Bimbingan Teknis Hisab Rukyat dipandang sebagai momentum strategis. Arsad menilai bimtek ini tidak hanya berfungsi sebagai penguatan kompetensi, tetapi juga sebagai ajang konsolidasi keilmuan bagi para praktisi falak dari berbagai latar belakang.

Ia menegaskan bahwa bimtek bersifat pengantar dan pemantik ketertarikan. Untuk menjadi ahli falak, dibutuhkan komitmen belajar yang berkelanjutan dan mendalam.

“Kalau ingin ahli, mau tidak mau harus belajar sendiri karena ini baru pancingan,” ujarnya.

Melalui kegiatan semacam ini, Kemenag berharap kesadaran akan pentingnya ilmu falak dapat tumbuh kembali, khususnya di kalangan generasi muda. Dengan basis peminat yang lebih luas, regenerasi ahli falak diharapkan dapat terjaga.

Ke depan, Kemenag menargetkan lahirnya generasi baru yang menguasai ilmu falak secara ilmiah dan kontekstual. Dengan pendekatan yang relevan terhadap zaman, ilmu hisab rukyat diharapkan tetap menjadi fondasi penting dalam layanan keagamaan umat Islam di masa depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index